Rabu, 30 Desember 2009
Bunga Hati
Hatiku tak lagi menggantung
Sudah ada yang memetiknya kemarin dulu
Kini hatiku tersimpan rapi di dalam hatinya
Sebagai hiasan abadi yang takkan tergantikan
Minggu, 06 Desember 2009
Tulang Rusukku...
30 November 2009
Memori di pagi itu takkan mungkin terlupakan
Tuhan telah menunjukkan peta hidupku
Pencarianku pada perpisahan pun berakhir
Dia telah datang
Dia kutemukan
Tulang rusuk yang telah hilang telah kembali
27 tahun Tuhan telah menyimpannya dengan rapi
Pada naung kibaran jubah muslimah
Pada helaian kerudung penuh barokah
Sebagai hadiah dari Allah pada miladku
Sebagai akhir petualangan pada cintaku
Sebagai anugerah tambahan yang makin tak terukur
Memori di pagi itu takkan mungkin terlupakan
Tuhan telah menunjukkan peta hidupku
Pencarianku pada perpisahan pun berakhir
Dia telah datang
Dia kutemukan
Tulang rusuk yang telah hilang telah kembali
27 tahun Tuhan telah menyimpannya dengan rapi
Pada naung kibaran jubah muslimah
Pada helaian kerudung penuh barokah
Sebagai hadiah dari Allah pada miladku
Sebagai akhir petualangan pada cintaku
Sebagai anugerah tambahan yang makin tak terukur
Kamis, 03 September 2009
Sayap-sayap Kristal
Kemerdakaan ada pada lajumu
Tak ada kekang dalam pikirmu
Tiada penjara dalam sikapmu
Kendali hidup pada sayap-sayapmu
Terbanglah engkau ke mana saja
Terbanglah engkau semau hati
Lewatkan semua rintangan dan pertanyaan
Layaknya garuda,
Jelajah bentang angkasa!
Aku kan selalu mendukungmu
Aku hanyalah pendukungmu
Jajaki tiap bukit kenangan
Tinggalkan segala beban kepahitan
Aku kan tetap mengagumimu
Aku adalah pengagummu
Aku...
Selembar daun kering yang dipermainkan hempasan sayapmu
Terbanglah terbang
Teruslah terbang
Dengan sayap-sayap kristalmu
Kepak tiap medan dengan mantap!
Tak ada kekang dalam pikirmu
Tiada penjara dalam sikapmu
Kendali hidup pada sayap-sayapmu
Terbanglah engkau ke mana saja
Terbanglah engkau semau hati
Lewatkan semua rintangan dan pertanyaan
Layaknya garuda,
Jelajah bentang angkasa!
Aku kan selalu mendukungmu
Aku hanyalah pendukungmu
Jajaki tiap bukit kenangan
Tinggalkan segala beban kepahitan
Aku kan tetap mengagumimu
Aku adalah pengagummu
Aku...
Selembar daun kering yang dipermainkan hempasan sayapmu
Terbanglah terbang
Teruslah terbang
Dengan sayap-sayap kristalmu
Kepak tiap medan dengan mantap!
Rabu, 02 September 2009
Permata Hatiku
Dunia ini sedang menuju pada kehancurannya
Lautan jernih berubah jadi tempat akhir limbah
Langit biru dijadikan sebagai kantong polusi
Hutan-hutan menjadi gersang oleh gergaji liar
Gunung gemunung memuntahkan api
Perbukitan longsor
Rintik hujan mencipta banjir
Ombak laut mengadakan gempa
Sangat terasa begitu nyata
Keindahan bumi sedang berganti
Allah telah menjelmakannya pada dirimu
Duhai kekasihku
Permata hatiku
Lautan jernih berubah jadi tempat akhir limbah
Langit biru dijadikan sebagai kantong polusi
Hutan-hutan menjadi gersang oleh gergaji liar
Gunung gemunung memuntahkan api
Perbukitan longsor
Rintik hujan mencipta banjir
Ombak laut mengadakan gempa
Sangat terasa begitu nyata
Keindahan bumi sedang berganti
Allah telah menjelmakannya pada dirimu
Duhai kekasihku
Permata hatiku
Minggu, 30 Agustus 2009
Akhir Catatan Malaikat
Ada kenistaan yang sempurna
Ada keindahan yang sempurna
Semua tersedia di akhirat
Mau pilih tinggal di mana kita nanti
Ada api yang begitu panasnya
Ada air susu yang begitu nikmatnya
Satu-satu kita rasa
Dua-duanya akan terasa
Bara yang menyala-nyala
Dan, manis yang menggelora
Balasan dari sikap tindak di dunia
Menjelma melalui catatan dua malaikat
Yang bersemayam di pundak kita
Ada keindahan yang sempurna
Semua tersedia di akhirat
Mau pilih tinggal di mana kita nanti
Ada api yang begitu panasnya
Ada air susu yang begitu nikmatnya
Satu-satu kita rasa
Dua-duanya akan terasa
Bara yang menyala-nyala
Dan, manis yang menggelora
Balasan dari sikap tindak di dunia
Menjelma melalui catatan dua malaikat
Yang bersemayam di pundak kita
Kamis, 27 Agustus 2009
Perlawanan Alam
Hujan tak lagi datang di desaku
Kerontang terus saja angkuh menantang
Hutan gunung mulai kehausan...
Namun, tak ada gerak kesadaran
Vila-vila terus saja dibangun di puncak-puncak
Pohon-pohon dibinasakan tanpa perhitungan
Apa lagi yang hendak diandalkan?
Mata air kan berubah menjadi air mata,
tatkala becana mulai merenggut nyawa...
Tak bisa dipungkiri, ini akan datang akhirnya
Setelah itu, barulah semua berkaca!
Kerontang terus saja angkuh menantang
Hutan gunung mulai kehausan...
Namun, tak ada gerak kesadaran
Vila-vila terus saja dibangun di puncak-puncak
Pohon-pohon dibinasakan tanpa perhitungan
Apa lagi yang hendak diandalkan?
Mata air kan berubah menjadi air mata,
tatkala becana mulai merenggut nyawa...
Tak bisa dipungkiri, ini akan datang akhirnya
Setelah itu, barulah semua berkaca!
Sabtu, 22 Agustus 2009
Pesona Satu Gadisku
Ia tersenyum meluruhkan mata
Tampak binar cerah di seluas wajahnya
Saat dia berjalan di sampingku
Menggandeng hatiku
Semua lelaki tunduk
Dan para wanita mengiri
Rasaku bangga...
Satu gadisku mempesona dunia
Tiada mata dapat terpejamkan setelah menatapnya
Dan, aku yakin
Setinggi pesonanya hanya untukku
Meski begitu, aku tak besar kepala
Karena pemilik keindahan itu pun tak berbangga diri
Ia telah terbiasa menjadi pembuai mimpi para pemuja
Tampak binar cerah di seluas wajahnya
Saat dia berjalan di sampingku
Menggandeng hatiku
Semua lelaki tunduk
Dan para wanita mengiri
Rasaku bangga...
Satu gadisku mempesona dunia
Tiada mata dapat terpejamkan setelah menatapnya
Dan, aku yakin
Setinggi pesonanya hanya untukku
Meski begitu, aku tak besar kepala
Karena pemilik keindahan itu pun tak berbangga diri
Ia telah terbiasa menjadi pembuai mimpi para pemuja
Sabtu, 08 Agustus 2009
Bintang Fajar
Aku adalah bintang yang bersinar menjelang fajar
Bukan rembulan, bukan pula matahari
Aku duduk lebih jauh dari keduanya
Namun, kekuatan cahayaku melingkupi jagad raya
Matahari bukan tandingku
Rembulan hanya seujung kuku
Meski aku hanya merayap
Namun dapat ku dekap bulatan bumi
Dengan tangan yang menjulur panjang layaknya
Lengkung Ozon di angkasa
Bukan rembulan, bukan pula matahari
Aku duduk lebih jauh dari keduanya
Namun, kekuatan cahayaku melingkupi jagad raya
Matahari bukan tandingku
Rembulan hanya seujung kuku
Meski aku hanya merayap
Namun dapat ku dekap bulatan bumi
Dengan tangan yang menjulur panjang layaknya
Lengkung Ozon di angkasa
Rabu, 05 Agustus 2009
Ruang Semesta
Aku punya kisah
Aneh tapi nyata
Sebuah dadu berputar di udara
Dilempar tepat saat mentari senja
Dan mengena pada kelopak semesta
Seekor burung mengepak kenangan
Menerjang awan
Menyapu gemintang
Dan, sang pelita mulai meleleh kelelahan
Meski perjuangannya tak pernah padam
Ruang semesta pun sepenuhnya menjadi surga
Akulah salah satu penghuninya
Ya, aku sendiri...
Aneh tapi nyata
Sebuah dadu berputar di udara
Dilempar tepat saat mentari senja
Dan mengena pada kelopak semesta
Seekor burung mengepak kenangan
Menerjang awan
Menyapu gemintang
Dan, sang pelita mulai meleleh kelelahan
Meski perjuangannya tak pernah padam
Ruang semesta pun sepenuhnya menjadi surga
Akulah salah satu penghuninya
Ya, aku sendiri...
Minggu, 02 Agustus 2009
Damai telah Padam
Aku ingin berubah dari satu kesunyian dalam sebuah pesta
Ketika gairah menjadi satu dengan nyawa
Dan cita meremas jantungku dengan kukunya
Akankah sang hitam berubah menjadi putih
Dan gelap menjadi terang
Ketika aroma busuk ledakan masih menghantui ketenangan
Akankah pengancaman itu lenyap
Dan kedamaian menjadi penghuni tunggal
Saat api pertentangan tak jua dipadamkan...
Sirna
Tanpa sisa...
Menjadi debu
Terhembus angin...
Hilang
Musnah...
Karena deru amarah masih mengungguli semuanya
Ketika gairah menjadi satu dengan nyawa
Dan cita meremas jantungku dengan kukunya
Akankah sang hitam berubah menjadi putih
Dan gelap menjadi terang
Ketika aroma busuk ledakan masih menghantui ketenangan
Akankah pengancaman itu lenyap
Dan kedamaian menjadi penghuni tunggal
Saat api pertentangan tak jua dipadamkan...
Sirna
Tanpa sisa...
Menjadi debu
Terhembus angin...
Hilang
Musnah...
Karena deru amarah masih mengungguli semuanya
Jumat, 31 Juli 2009
Tuhan dan Dalang
e o e a e o a...
Nyanyian klasik mengiring hari
Di saat sang kala mulai membuka mata
Dan, si jabang bayi mengatupkan kelopaknya
haiya... rang-rang gumirang...
Terdengar sahdu lipatan hati
Menggerus rasa yang mulai kalah
Di ujung senapan dadanya berdarah
e o e a e o a...
Jerit paceklik mengapit lehernya
Si dalang kehilangan daya
Wayangnya entah ke mana
haiya... rang-rang ayo perang...
Tuhanku murka atas sengketa
Si dalang dilibasnya hanya dengan kata, maka jadilah nyata
Dan, si dalang tak lagi bercerita
Nyanyian klasik mengiring hari
Di saat sang kala mulai membuka mata
Dan, si jabang bayi mengatupkan kelopaknya
haiya... rang-rang gumirang...
Terdengar sahdu lipatan hati
Menggerus rasa yang mulai kalah
Di ujung senapan dadanya berdarah
e o e a e o a...
Jerit paceklik mengapit lehernya
Si dalang kehilangan daya
Wayangnya entah ke mana
haiya... rang-rang ayo perang...
Tuhanku murka atas sengketa
Si dalang dilibasnya hanya dengan kata, maka jadilah nyata
Dan, si dalang tak lagi bercerita
Senin, 27 Juli 2009
Di Bawah Bayang Senyummu
Kulihat sebuah garis meliuk indah di sudut bibirmu
Tampak setitik sinar yang terpancar dari barisan mutiara
Juga, ada cahaya yang tercurah indah di kedua mata
Saat itu, ada getar yang menjadi arus di darahku
Kumantapkan hati tuk menangkap bias sinar-sinar itu
Kurekam seutas kenangan yang kembali muncul di pipinya
Dan, kenangan itu hadir dengan serta merta
Ada canda-canda bahagia
Ada tawa-tawa yang membahana
Ada gandeng tangan yang tak terlupa
Karena dia sebelumnya adalah penghuni hati
Sang penghias jiwaku
Jiwa yang telah ditinggalkannya setahun lalu
Oh... kenangan manisku...
Oh... dindaku...
Kini, dalam tubuh lainnya senyummu hadir menggoda
Hingga hatiku benar-benar hanyut
Ingin kucoba rangkai semua cerita yang tercecer
Namun alangkah sayangnya...
Untaian kenangan yang coba kurangkai terpatahkan
Oleh nilai agung persahabatan...
Saat temanku datang dan menitipkan selembar daun kekagumannya
Padamu...
Ya, padamu...
Tampak setitik sinar yang terpancar dari barisan mutiara
Juga, ada cahaya yang tercurah indah di kedua mata
Saat itu, ada getar yang menjadi arus di darahku
Kumantapkan hati tuk menangkap bias sinar-sinar itu
Kurekam seutas kenangan yang kembali muncul di pipinya
Dan, kenangan itu hadir dengan serta merta
Ada canda-canda bahagia
Ada tawa-tawa yang membahana
Ada gandeng tangan yang tak terlupa
Karena dia sebelumnya adalah penghuni hati
Sang penghias jiwaku
Jiwa yang telah ditinggalkannya setahun lalu
Oh... kenangan manisku...
Oh... dindaku...
Kini, dalam tubuh lainnya senyummu hadir menggoda
Hingga hatiku benar-benar hanyut
Ingin kucoba rangkai semua cerita yang tercecer
Namun alangkah sayangnya...
Untaian kenangan yang coba kurangkai terpatahkan
Oleh nilai agung persahabatan...
Saat temanku datang dan menitipkan selembar daun kekagumannya
Padamu...
Ya, padamu...
Minggu, 26 Juli 2009
Tuhanku Jauh-Dekat
Sebuah jalan telah terbujur kaku di depan mataku
Ada tapak yang memijak dalam
Melihatnya, terukirlah sebuah peta hidup
Lantas aku berlari searah peta
Lurus, tanpa kelok
Angin yang kuterjang sampai melibaskan api
Terasa panas mulai menyelubungi hati
Dingin mendadak musnah dan terlarut dalam darah
Jantungku menggigil
Leherku menggigil
Hingga kakiku tak kuat lagi berpijak
Doa-doa yang kupanjatkan selalu menjadi awan
Tak dapat menembus ozon
Tak pernah menyentuh langit
Entah kapan semua lantunan sampai pada sang Khaliq
Meski diri_Nya bersemayam pada nadiku
Ada tapak yang memijak dalam
Melihatnya, terukirlah sebuah peta hidup
Lantas aku berlari searah peta
Lurus, tanpa kelok
Angin yang kuterjang sampai melibaskan api
Terasa panas mulai menyelubungi hati
Dingin mendadak musnah dan terlarut dalam darah
Jantungku menggigil
Leherku menggigil
Hingga kakiku tak kuat lagi berpijak
Doa-doa yang kupanjatkan selalu menjadi awan
Tak dapat menembus ozon
Tak pernah menyentuh langit
Entah kapan semua lantunan sampai pada sang Khaliq
Meski diri_Nya bersemayam pada nadiku
Senin, 20 Juli 2009
Menuju Kerusakan
Kuberlari arah Jakarta
Menelisik hari gegap gempita
Dengan nafas panas asap bus kota
Pengaruhi aliran oksigenku
pengaruhi gerak otakku
Pengaruhi detak jantungku
Racuni darahku
Racuni jaringan tubuhku
Racuni pikiranku
Rusak alamku
Rusak bangsaku
Segalanya mulai rusak
Dan,rusaklah semua...
Menelisik hari gegap gempita
Dengan nafas panas asap bus kota
Pengaruhi aliran oksigenku
pengaruhi gerak otakku
Pengaruhi detak jantungku
Racuni darahku
Racuni jaringan tubuhku
Racuni pikiranku
Rusak alamku
Rusak bangsaku
Segalanya mulai rusak
Dan,rusaklah semua...
Selasa, 14 Juli 2009
CINTA NESTAPA
Kau karib masa kanak-ku
Main dalam satu lingkungan
Sekolah dalam satu naungan
Belajar dalam satu kelas
Pulang pergi dalam satu arah
Kaulah kenangan yang indah
Begitu indah...
Wajahmu terukir dalam kelopak-ku
Siang malam selalu tergambar
Saat kubaca buku, kau hiasi lembar kertasnya
Saat kubelajar matematika, kau terrekam dalam tiap rumusnya
Namun...
Kesedihan selalu singgah
Di kala kuhafal materi ekonomi
Saat itulah,
Saat itulah...
Saat itu wajah kemiskinanmu hadir dalam rasa nestapaku
Oh... Sobat karibku,
Main dalam satu lingkungan
Sekolah dalam satu naungan
Belajar dalam satu kelas
Pulang pergi dalam satu arah
Kaulah kenangan yang indah
Begitu indah...
Wajahmu terukir dalam kelopak-ku
Siang malam selalu tergambar
Saat kubaca buku, kau hiasi lembar kertasnya
Saat kubelajar matematika, kau terrekam dalam tiap rumusnya
Namun...
Kesedihan selalu singgah
Di kala kuhafal materi ekonomi
Saat itulah,
Saat itulah...
Saat itu wajah kemiskinanmu hadir dalam rasa nestapaku
Oh... Sobat karibku,
Selasa, 07 Juli 2009
Mana Kepalaku
Hari masih pagi
Dingin merambat dalam lingkaran tanpa cahaya
Kudengar suara pagi telah bersahutan
Burung, ayam, kambing, kerbau mulai meramaikan hari
Semua berisik itu disusul dengan alunan nada dari ujung atap musholla
Aku menggeragap
Terbangun dengan buram pandang menabrak dinding kaca balaidesa
4 jam berlalu dengan cepat
Tak terasa waktu telah sampai pada putaran hari
Pemilihan Presiden telah dimulai
Aku sendiri punya hak memberi suara pada bangsa ini
Maka, kuhentikan tulisan ini
Demi keputusan pemilihan pemimpin bangsa yang hampir mati
Sipapun orangnya, KUDUKUNG DENGAN SEKUAT ENERGI & JIWA
Mari maju bersama bangsaku, BANGSA INDONESIA
Dingin merambat dalam lingkaran tanpa cahaya
Kudengar suara pagi telah bersahutan
Burung, ayam, kambing, kerbau mulai meramaikan hari
Semua berisik itu disusul dengan alunan nada dari ujung atap musholla
Aku menggeragap
Terbangun dengan buram pandang menabrak dinding kaca balaidesa
4 jam berlalu dengan cepat
Tak terasa waktu telah sampai pada putaran hari
Pemilihan Presiden telah dimulai
Aku sendiri punya hak memberi suara pada bangsa ini
Maka, kuhentikan tulisan ini
Demi keputusan pemilihan pemimpin bangsa yang hampir mati
Sipapun orangnya, KUDUKUNG DENGAN SEKUAT ENERGI & JIWA
Mari maju bersama bangsaku, BANGSA INDONESIA
Rabu, 24 Juni 2009
Aku Masih Hidup...
Nafasku masih memburu
Tak pernah lepas dalam jeratan leher
Menyerupai napi terkurung besi
Terus saja mendesah dalam asing hunian
Berputar berpilin dari dedaunan
Bercampur dengan kotoran-kotoran, timbal dan debu-debu
Dan, aku masih bernafas...
Selalu menghirup angin di ujung bibir
Terserap terikat beriring dengan asap rokok orang-orang
Dadaku pernah tersedak, namun lenyap dalam sekejap
Itulah saat kesadaran mulai datang...
Kesadaran bahwa: "Aku masih hidup!"
Masih dapat merasakan marah, sakit dan benci
Benci kepadamu!
Tak pernah lepas dalam jeratan leher
Menyerupai napi terkurung besi
Terus saja mendesah dalam asing hunian
Berputar berpilin dari dedaunan
Bercampur dengan kotoran-kotoran, timbal dan debu-debu
Dan, aku masih bernafas...
Selalu menghirup angin di ujung bibir
Terserap terikat beriring dengan asap rokok orang-orang
Dadaku pernah tersedak, namun lenyap dalam sekejap
Itulah saat kesadaran mulai datang...
Kesadaran bahwa: "Aku masih hidup!"
Masih dapat merasakan marah, sakit dan benci
Benci kepadamu!
Selasa, 03 Februari 2009
Generasi API
Cinta adalah api pembakar jiwa
Layaknya bongkahan bara pemanggang prasangka
Menghilangkan duka diujung mata
Saat sang hati menabur bunga di sepanjang ceruknya
Dan, kini telah ku letupkan api di hatiku
Sekilat lidah api yang akan membakar hatimu
Layaknya bongkahan bara pemanggang prasangka
Menghilangkan duka diujung mata
Saat sang hati menabur bunga di sepanjang ceruknya
Dan, kini telah ku letupkan api di hatiku
Sekilat lidah api yang akan membakar hatimu
Langganan:
Postingan (Atom)