Kamis, 31 Juli 2008

Nafas Tebing-tebing

Tiap hari kuhirup nafas tebing-tebing
Di kala embun menyesap kulitku
Bagai cengkraman akar pada tanah
Sepanjang malam dia bergelayut erat
Mengalahkan selimut hangat yang sengaja kudekap
Karena sang angin masih dipaku bukit
Meliuk melilit tubuh yang menggigil
Pun hamparan selimut ganda menjadi basah
Kuterjerembab dalam genangan kabut...
Pori kulitku mulai ternganga
Tak kuat menahan dingin yang terus meraba
Berlapis-lapis embun terus berpacu melumat tulang sampai kaku
Api yang berusaha memercik segera mati
Tiada hangat bisa tercurah saat embun terus menembus sekat

Senin, 28 Juli 2008

Setengah Hati

Setangkai hati telah terbelah
Antara yang di sana dan yang baru singgah
Cinta seakan menutup mata
Meronta...
Mengibas pisau hati
Mengoyak asmara lama
Melayangkan sisa-sisa kasih sayang
Merendam perhatian sesaat baru
Hanya sebagai periah sang sunyi yang kian sendu

Sabtu, 26 Juli 2008

Jiwaku Bersama Angin

Angin tak pernah singgah di tempat yang penuh anugerah
Hati menjadi gundah karena detak jantung tak searah
Selapis kelopak mulai memerah
Memancarkan berkas bayang indah berhias bunga-bunga surga
Lama ku tatap bayang yang secepat kilat menyusut lenyap
Hitam begitu lekat menjadi mimpi tidur yang lelap
Layaknya secangkir kopi, mataku mengendap di dasar
Ingin sejenak aku menghempas, tapi sang angin mengajakku bertualang
Meninggalkan cinta yang terkurung dalam angan...