Tiap hari kuhirup nafas tebing-tebing
Di kala embun menyesap kulitku
Bagai cengkraman akar pada tanah
Sepanjang malam dia bergelayut erat
Mengalahkan selimut hangat yang sengaja kudekap
Karena sang angin masih dipaku bukit
Meliuk melilit tubuh yang menggigil
Pun hamparan selimut ganda menjadi basah
Kuterjerembab dalam genangan kabut...
Pori kulitku mulai ternganga
Tak kuat menahan dingin yang terus meraba
Berlapis-lapis embun terus berpacu melumat tulang sampai kaku
Api yang berusaha memercik segera mati
Tiada hangat bisa tercurah saat embun terus menembus sekat
Kamis, 31 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar